Selasa, 10 April 2018

Museum di Hatiku

Judul di atas tepat rasanya  untuk menggambarkan keadaan sebenarnya. Museum sesungguhnya menempati sebagian ruang di hati saya. Kecintaan saya pada museum tumbuh sejak menjadi mahasiswi jurusan Sejarah di salah satu perguruan tinggi Islam di Provinsi Banten. Saat itu museum menjadi bagian penting yang tak terpisahkan dari kegiatan akademik mahasiswa jurusan Sejarah. Khususnya museum yang ada di Provinsi Banten. Kita bisa mengenal sejarah lebih jauh salah satunya adalah melalui kunjungan kita ke museum.
Di semester akhir perkuliahan, tepatnya ketika sedang menyusun skripsi saya mencoba menuliskan 100 mimpi yang ingin saya wujudkan di dalam buku diary. Ide ini muncul setelah saya menonton sebuah video inspiratif yang menceritakan perjalanan hidup pemuda Indonesia yang bernama Danang A. Prabowo yang sukses meraih beasiswa ke luar negeri. Dalam video tersebut Danang menuliskan 100 mimpi yang hampir semuanya dapat ia wujudkan. Kemudian saya mencoba meniru apa yang pemuda itu lakukan. Saya menulis 100 mimpi di awal tahun 2016. Satu persatu mimpi yang saya tulis itu bisa saya wujudkan. Walaupun mimpi-mimpi yang saya tuliskan adalah hanya mimpi-mimpi kecil, tapi ada kebanggan dan kebahagiaan yang tak terhingga ketika mimpi-mimpi itu terwujud. Pada saat tulisan ini dibuat, sudah 19 mimpi yang terwujud. Memang belum seberapa, tapi saya amat bersyukur karena untuk mewujudkan semua itu butuh perjuangan yang keras.
Salah satu mimpi yang saya tuliskan adalah Menjadi Guide Museum, dan saya berhasil mewujudkan mimpi itu di tahun 2018. Saya resmi menjadi Pemandu Museum Negeri Banten pada tanggal 28 Maret 2018. Bagi sebagian orang mimpi ini biasa saja. Bagi saya ini mimpi yang amat luar biasa. Banyak hal yang harus saya lakukan untuk merawat mimpi itu. Menjaganya agar tidak hilang ditelan keputusasaan. Menjadi guide atau pemandu museum adalah pekerjaan yang menuntut saya untuk berwawasan luas. Sehingga cita-cita museum sebagai sarana edutainment (Pendidikan dan hiduran) bagi masyarakat bisa terwujud. Ilmu-ilmu yang saya dapatkan di bangku kuliah sangat membantu dalam pekerjaan saya ini. Sedikitnya saya tahu mengenai deskripsi dari koleksi-koleksi yang ada di Museum Negeri Banten karena dulu pernah mempelajarinya di bangku kuliah. Tapi, sebagai pemandu pengetahuannya harus lebih luas dari sebelumnya.
Satu hal yang juga turut membantu saya terus merawat dan menjaga mimpi adalah saya mengenal sosok Samantha Aditya Putri dalam sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh IKAHIMSI (Ikatan Keluarga Mahasiswa Sejarah se-Indonesia). Gadis cantik asal Yogyakarta ini adalah Eks Sekjen IKAHIMSI. Tak hanya cantik, Mba Sam (saya memanggilnya) juga energik dan inspiratif. Terbukti insipirasi-inspirasi yang ia sebarkan lewat akun media sosialnya berhasil membuat saya sabar merajut mimpi. Mimpi menjadi pemandu museum, seperti ia yang merupakan seorang pecinta museum, aktif dan kreatif mengembangkan museum.
Museum di hatiku. Dulu, kini dan nanti. Semoga kedepan bisa berkontribusi banyak untuk museum dan semakin bermanfaat untuk sesama.

Serang, 10 April 2018



Tidak ada komentar:

Posting Komentar